Seluruh Komponen Masyarakat Sepakat Bersama-sama Tolak Radikalisme dan Terorisme

0
207

Ketapang – KalBar, (beritairn.com) Seluruh komponen masyarakat Ketapang sepakat menolak dan bersatu untuk memberantas tindakan radikalisme dan terorisme. Hal ini tertuang dalam pertemuan yang digelar di Pendopo Bupati Ketapang.

Seluruh komponen membubuhkan tanda tangan di atas baliho sebagai aksi penolakan dan pemberantasan terhadap tindakan radikalisme dan terorisme.

Acara ini diikuti oleh lembaga agama, organisasi masyarakat, organisasi pemuda, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang ada di Ketapang.

“Cegah dini atau cegah tangkal terorisme dimulai dari keluarga sendiri dengan selalu mengawasi anggota keluarga yang mengikuti kegiatan yang tidak jelas,” tegas Bupati Ketapang, Martin Rantan, dalam pertemuan tersebut.

Martin mengatakan, tujuan deklarasi anti radikalisme dan terorisme ini adalah untuk menciptakan Ketapang tetap tenang, bisa menciptakan opini-opini keharmonisan di daerah, walaupun di beberapa tempat terjadi aksi kekerasan dan terorisme.

“Ketapang tetap aman dan mari kita jaga bersama agar tetap dan selalu aman,” ajaknya.

Dia menjelaskan, aksi terorisme bukan perbuatan yang mengatasnamakan agama. Aksi ini, menurut dia, dilakukan oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan agama. Padahal, dia yakin bahwa apa yang dilakukan mereka menyerang semuanya, termasuk menyerang keamanan negara.

“Terorisme menyerang semuanya, termasuk alat negara pun menjadi sasaran. Itu terlihat dari aksi penyerangan di Mako Brimob, Polrestabes Surabaya, dan Mapolda Riau,” jelasnya.

Dia mengajak kepada semua lapisan masyarakat untuk selalu menjaga silaturahmi dan menjalin hubungan yang harmonis dalam etnis dan agama. Karena, menurutnya, perbedaan bukan untuk menjadi perselisihan, namun untuk saling mengenal dan saling menyayangi.

“Mudah-mudahan harmonisasi dalam etnis dan agama bisa kita pertahankan sampai akhir zaman,” harap Martin.

Martin juga menyampaikan tri kerukunan umat beragama. Pertama, disebutkan dia, kerukunan internal umat beragama, kerukanan antarumat beragama, dan kerukunana umat beragama dengan negara.

“Kerukunan umat internal beragama artinya, umat Islam rukun sesama umat Islam, Katolik rukun sesama Katolik, Protestan rukun sesama Protestan, Hindu rukun sesama Hindu, dan Buda rukun sesama umat buda. Tidak ada perselisihan dan pertikaian dalam internal agama,” ungkapnya.

Kemudian kerukunan umat antarberagama, digambarkan dia bagaimana Islam rukun dengan Katolik, Protestan, Hindu, Buda, dan Konghucu, begitu juga sebaliknya.

“Saya kemarin hadir dalam tablig akbar Habib Lufti Yahya di Masjid Al-Ikhlas, demikian juga saya melepas pawai taaruf menyambut bulan suci Ramadan. Itu salah satu contoh harmonis antarumat beragama. Pemerintahan mengayomi seluruh agama, seluruh suku yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

Selanjutnya yang ketiga adalah kerukunan umat beragama dengan pemerintah.

“Makanya negara membentuk Kementerian Agama yang di dalammnya terdiri dari Dirjen Umat Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buda, dan sebagainya. Artinya, pemerintah memberikan porsi yang luar biasa dalam pembinaan pembangunan keagamaan,” ujarnya.

“Pemerintah Indonesia memberikan ruang yang luas kepada urusan keagamaan. Pemerintah Indonesia berharap penuh supaya umat beragam rukun dengan tri kerukunan umat beragama. Yang teroris lakukan bukanlah bentukan pemerintah, tetapi musuh pemerintah dan musuh kita semua,” lanjutnya.

Untuk itu, hasil deklarasi ini diharapkan dia perlu diteruskan kepada seluruh komponen masyarakat sampai ke akar rumput. Menurut dia, diperlukan juga melakukan cegah dini dengan pengaktifkan kembali pengamanan di tingkat RT. Dia juga menyarankan agar tamu yang datang 24 jam diminta untuk melapor, sehingga yang datang benar-benar teridentifikasi dengan baik.

“Kita takutkan orang asing yang datang ke tempat kita tujuannya untuk mengacaukan kemanan daerah kita,” paparnya.

Mengenai keamanan dan ketenteraman ini, menurutnya, tidak bisa diserahkan semua kepada TNI dan Polri, karena jumlah mereka terbatas. Apalagi, dia menambahkan, yang menjadi sasaran alat negara. Jadi, diungkapkan dia, memang harus dibantu kemanunggalan TNI dan Polri bersama masyarakat.

“Jangan sampai ada orang Ketapang yang mengikuti jejak-jejak teroris. Kepada keluarga harus diingatkan kalau ada anak yang hilang meninggalkan rumah harus jelas, apakah mereka mengikuti kegiatan pembaiatan teroris dijadikan pengantin untuk bom bunuh diri atau hal-hal lain. Cegah dini ini dimulai dari keluarga,” pungkasnya. (wan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here